logo legal menjadi pengaruh

Day: November 16, 2023

Menampilkan semua artikel yang telah dipublikasi pada tanggal tersebut

Survei PKP: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

MenjadiPengaruh.com – Sebuah survei PKP (Pengusaha Kena Pajak) dapat menjadi langkah krusial dalam memastikan kelancaran dan keteraturan usaha Anda di mata otoritas pajak. Persiapan yang matang akan memastikan proses survei berjalan lancar dan membantu meminimalkan potensi masalah. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda persiapkan: 1. Verifikasi Data Usaha Pastikan bahwa data usaha Anda tercatat dengan benar. Hal ini melibatkan keberadaan kantor, operasional, inventaris, dan kesesuaian lokasi dengan alamat terdaftar. 2. Pertanyaan Seputar Usaha Bidang Usaha: Jelaskan dengan jelas bidang usaha yang Anda geluti. Penjualan: Infokan apakah sudah terjadi penjualan dan sejauh mana perkembangannya. Jumlah Karyawan: Berapa banyak karyawan yang terlibat dalam operasional usaha Anda. Lama Berdiri: Sampaikan informasi seputar sejak kapan usaha Anda berdiri. Status Kantor: Jelaskan apakah kantor Anda merupakan sewa atau milik sendiri. 3. Sumber Produk Jelaskan asal produk yang Anda hasilkan, apakah dari produksi sendiri, vendor tertentu, atau impor. 4. Keuntungan Usaha Baru Bagi perusahaan yang baru berdiri, sampaikan informasi mengenai keuntungan dan kelancaran proses operasional yang dapat menjadi nilai positif dalam survei. 5. Kesiapan Dokumen Pastikan dokumen-dokumen terkait usaha, seperti izin, kontrak sewa, dan dokumen pendukung lainnya, tersedia dan dapat diakses dengan mudah. 6. Keterbukaan dalam Komunikasi Bersiaplah untuk memberikan informasi dengan transparan dan jujur. Keterbukaan dalam menjawab pertanyaan akan membantu proses survei berjalan lebih efisien. Survei PKP adalah kesempatan untuk memperbarui informasi dan memastikan kepatuhan usaha Anda terhadap regulasi pajak. Dengan persiapan yang baik, Anda dapat menjalani survei ini dengan lancar dan membuktikan bahwa usaha Anda beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendaftaran PKP: Dokumen Apa Saja yang Dibutuhkan? Dilansir dari TaxAcademy, dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran PKP (Pengusaha Kena Pajak) adalah sebagai berikut: Selain dokumen-dokumen di atas, wajib pajak juga dapat menyertakan dokumen-dokumen lain yang dianggap perlu, seperti: Dokumen-dokumen tersebut dapat diserahkan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar atau secara online melalui laman DJP Online. Syarat Pengajuan PKP Online Menurut situs web DJP Online dan Menpan, berikut adalah syarat pengajuan PKP secara online:

SELENGKAPNYA
two smiling men looking at MacBook

Pemeriksaan PIRT: Apa Saja yang Dicek saat Survei?

MenjadiPengaruh.com – Pemeriksaan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (DKK) untuk memastikan bahwa pangan olahan yang dihasilkan oleh industri rumah tangga (IRT) memenuhi standar keamanan, mutu, dan gizi yang berlaku di Indonesia. Beberapa aspek yang menjadi fokus pemeriksaan SPP-IRT meliputi: Komposisi Produk Memastikan bahwa komposisi produk pangan olahan sesuai dengan informasi yang tercantum pada label. Cara Produksi Meneliti proses produksi pangan olahan untuk memastikan kebersihan dan kesesuaian dengan standar yang berlaku. Ketahanan Produk: Memeriksa masa simpan produk pangan olahan, memastikan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Penyimpanan Menilai kondisi penyimpanan produk pangan olahan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar yang berlaku. Selain poin-poin tersebut, petugas survei juga akan mengevaluasi dokumen-dokumen terkait produksi pangan olahan, seperti sertifikat penyuluhan keamanan pangan, label pangan, dan izin usaha. Semua langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa pangan olahan yang beredar aman, berkualitas, dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Tips Mempersiapkan Diri Sebelum Survei PIRT Pemeriksaan SPP-IRT memang merupakan hal yang penting untuk dilakukan, tetapi tidak semenakutkan yang pelaku usaha bayangkan.  Pemeriksaan ini sejatinya untuk membantu pelaku usaha agar dapat memproduksi pangan olahan yang aman, bermutu, dan bergizi mengutip dari KemenkopUKM. Petugas survei SPP-IRT biasanya akan datang ke tempat produksi untuk melakukan pemeriksaan. Survei ini biasanya tidak memakan waktu lama, yaitu sekitar 1-2 jam. Petugas survei akan memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan gizi pangan olahan yang diproduksi oleh usaha. Pemeriksaan ini dilakukan secara profesional dan objektif. Apabila industri rumah tangga telah memenuhi persyaratan, maka akan diberikan SPP-IRT.  Berikut adalah beberapa tips untuk pelaku usaha agar dapat mempersiapkan diri menghadapi pemeriksaan SPP-IRT: Syarat Mendapatkan PIRT Melansir dari Istana UKM,Syarat untuk memperoleh PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) melibatkan beberapa ketentuan sebagai berikut: Persyaratan Umum Persyaratan Khusus

SELENGKAPNYA
April Calendar

Apakah Perhitungan Pajak NPWP Pribadi dan Badan Terpisah?

MenjadiPengaruh.com – Pajak penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi (WP OP) dan wajib pajak badan (WP Badan).  Bagi WP OP, PPh dikenakan atas seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak, sedangkan bagi WP Badan, PPh dikenakan atas penghasilan dari kegiatan usahanya. Banyak orang yang mengira bahwa setelah memiliki legalitas badan usaha (BU), maka pajak NPWP Pribadi dan Badan akan menjadi satu.  Hal ini tidak sepenuhnya benar. NPWP Pribadi dan Badan merupakan entitas yang berbeda, sehingga perhitungan dan pelaporan pajaknya juga berbeda. Perhitungan Pajak NPWP Pribadi Perhitungan pajak NPWP Pribadi didasarkan pada penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh WP OP dalam suatu tahun pajak menurut AyoPajak. Penghasilan bruto ini kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan, seperti biaya jabatan, biaya perjalanan dinas, dan biaya-biaya lainnya yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan, maka akan diperoleh penghasilan kena pajak (PKP). PKP ini kemudian dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku untuk menentukan jumlah pajak yang terutang. Tarif pajak NPWP Pribadi terbaru berdasarkan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) adalah sebagai berikut: Perhitungan Pajak NPWP Badan Mengutip dari Mekari, Perhitungan pajak NPWP Badan didasarkan pada penghasilan bruto yang diperoleh WP Badan dalam suatu tahun pajak.  Penghasilan bruto ini kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan, seperti biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi, dan biaya-biaya lainnya yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan, maka akan diperoleh penghasilan kena pajak (PKP). PKP ini kemudian dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku untuk menentukan jumlah pajak yang terutang. Tarif pajak NPWP Badan terbaru berdasarkan UU HPP adalah sebagai berikut: Kesimpulan Meskipun sudah memiliki NPWP Badan, NPWP Pribadi dan Badan tetap merupakan entitas yang berbeda.  Pajak NPWP Pribadi dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh WP OP, sedangkan pajak NPWP Badan dikenakan atas penghasilan dari kegiatan usaha WP Badan. Oleh karena itu, penting bagi WP OP dan WP Badan untuk memahami perbedaan perhitungan dan pelaporan pajak NPWP Pribadi dan Badan. Hal ini agar dapat memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat waktu.

SELENGKAPNYA
woman in white dress shirt and black pants standing near brown wooden shelf

Mengapa Perdagangan Besar Farmasi harus menggunakan PT Reguler?

MenjadiPengaruh.com – Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 14 Tahun 2021, syarat izin perdagangan besar farmasi (PBF) adalah berbadan hukum PT atau koperasi.  Sebelumnya, PBF dapat berbentuk CV. Namun, dengan adanya peraturan baru ini, maka CV tidak lagi dapat mengajukan izin PBF. Ada beberapa alasan mengapa PBF harus berbentuk PT reguler. Pertama, PT reguler memiliki modal yang lebih besar daripada CV.  Modal dasar PT reguler minimal Rp50 juta, sedangkan modal dasar CV minimal Rp20 juta. Modal yang lebih besar ini diperlukan untuk memenuhi standar kelayakan PBF, seperti ketersediaan sarana dan prasarana, serta tenaga kerja yang kompeten. Kedua, PT reguler memiliki struktur organisasi yang lebih jelas daripada CV. PT reguler memiliki organ-organ penting, seperti direksi, komisaris, dan dewan pengawas.  Struktur organisasi yang jelas ini diperlukan untuk menjamin pengelolaan PBF yang baik dan profesional. Ketiga, PT reguler lebih mudah dalam proses pengurusan izin kesehatan. Izin kesehatan untuk PBF berbentuk PT reguler dapat diurus langsung oleh PT tersebut.  Sedangkan untuk PBF berbentuk CV, izin kesehatan harus diurus oleh koperasi induk. Hal ini karena koperasi induk merupakan badan hukum yang menaungi CV. Pada dasarnya, biaya pendirian PT reguler tidak sebanding dengan biaya pengurusan izin kesehatan PBF.  Biaya pendirian PT reguler sekitar Rp5 juta, sedangkan biaya pengurusan izin kesehatan PBF bisa mencapai ratusan juta rupiah. Oleh karena itu, sebaiknya PBF berbentuk PT reguler agar dapat mengurus izin kesehatannya dengan lebih mudah dan efisien. Berikut adalah beberapa keuntungan PT reguler bagi PBF: Dengan keuntungan-keuntungan tersebut, maka PT reguler merupakan pilihan yang tepat bagi PBF. Berikut informasi lengkap perbedaan PT dan CV. Beberapa Peraturan Perdagangan Besar Farmasi Menurut IAIJATIM, Kegiatan Perdagangan Besar Farmasi (PBF) diatur oleh peraturan perundang-undangan guna memastikan bahwa distribusi obat berjalan sesuai standar kesehatan dan keamanan. 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 Peraturan ini merinci berbagai aspek terkait kegiatan PBF, mengatur izin yang diperlukan, dan menetapkan standar operasional untuk memastikan keselamatan obat yang didistribusikan. Dalam konteks ini, pemerintah memastikan bahwa setiap PBF mematuhi persyaratan tertentu yang mencakup pengadaan obat, penyimpanan yang tepat, dan distribusi yang aman. 2. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2022 Peraturan ini menekankan pentingnya pelaporan kegiatan industri farmasi dan PBF. Dengan ketentuan ini, pemerintah dapat mengawasi secara lebih efektif seluruh rantai pasok obat. Pelaporan yang tepat waktu dan akurat dari PBF memungkinkan pihak berwenang untuk mendeteksi dan menanggapi permasalahan kesehatan masyarakat dengan lebih cepat. Pentingnya peraturan ini tidak hanya terletak pada kepatuhan PBF terhadap regulasi, tetapi juga dalam menjaga keamanan dan efektivitas obat yang beredar di masyarakat. Dengan adanya kerangka kerja yang jelas, PBF diharapkan dapat menjadi mitra yang handal dalam mendukung sistem kesehatan nasional. Permenkes Perdagangan Besar Farmasi Perdagangan Besar Farmasi (PBF) di Indonesia mengalami perubahan signifikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pedagang Besar Farmasi (Permenkes PBF).  Peraturan ini menggantikan regulasi sebelumnya, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1147/MENKES/PER/VIII/2010, dan membawa sejumlah perubahan guna meningkatkan perlindungan masyarakat, mutu, dan efisiensi pengelolaan obat dan bahan obat di Indonesia. Tujuan Permenkes PBF Peraturan ini memiliki tujuan yang tegas, di antaranya adalah melindungi masyarakat dari penggunaan obat dan bahan obat yang tidak memenuhi standar mutu dan keamanan.  Selain itu, tujuan lainnya adalah meningkatkan mutu dan keamanan obat yang beredar di Indonesia, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan obat dan bahan obat secara keseluruhan. Sasaran yang Ditetapkan Permenkes PBF menetapkan sasaran yang mencakup pedagang besar farmasi (PBF), industri farmasi, pemerintah, dan masyarakat.  Dengan demikian, peraturan ini tidak hanya mengatur aktivitas PBF sebagai pelaku usaha, tetapi juga melibatkan industri farmasi sebagai produsen obat, pemerintah sebagai pengawas, dan masyarakat sebagai penerima manfaat langsung dari kebijakan ini. Ruang Lingkup Peraturan Permenkes PBF secara rinci mengatur sejumlah aspek terkait perdagangan besar farmasi, termasuk definisi PBF, persyaratan izin, tempat usaha, tenaga kerja, sarana dan prasarana, proses pengurusan izin, kewajiban PBF, dan sanksi pelanggaran peraturan.  Dengan ruang lingkup yang komprehensif, peraturan ini memberikan landasan hukum yang jelas untuk menjaga kualitas dan keamanan obat yang beredar di pasar.

SELENGKAPNYA